Jakarta (30/11) – Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terbentang di salah satu kawasan paling strategis di Indonesia. Ditambah dengan semakin berkembangnya tren ancaman berbasis komunikasi, informasi, dan elektronil, kondisi Indonesia tersebut memunculkan urgensi bagi Indonesia untuk memiliki kapabilitas deteksi dini ancaman yang sangat memadai, salah satunya dalam bentuk radar.
Radio Detecting and Ranging (Radar) merupakan suatu sistem komunikasi elektronik yang digunakan untuk mendeteksi suatu objek pada jarak jauh dengan memancarkan gelombang elektromagnetik.
KKIP menetapkan radar sebagai salah satu dalam program industri pertahanan nasional pada tahun 2015. Program radar saat ini diarahkan ke radar Ground Control Intercept (GCI). Radar GCI juga sudah ditetapkan sebagai bagian dari Prioritas Riset Nasional tahun 2020-2024.
Radar GCI merupakan radar yang memiliki kemampuan sistem pengendalian terhadap pesawat tempur melalui komunikasi dalam rangka intersepsi menuju sasaran untuk melaksankan penindakan, yang meliputi; identifikasi visual, shadowing, force down/destroy.
Pada tahun 2021, dimotori oleh Balitbang Kemhan, dibentuk Konsorsium Litbangyasa Radar GCI yang beranggotakan PT. LAPI ITB, PT. RTI, dan PT. Infoglobal Teknologi Semesta. Konsorsium ini menargetkan dalam lima tahun Indonesia dapat menghasilkan purwarupa Radar GCI.
Untuk mencapai target tersebut, maka ada 4 teknologi kunci yang harus dikuasai yaitu sistem radar, sistem komando dan kendali, sistem komunikasi, dan sistem tenaga. Hingga tahun 2022, tiga teknologi kunci Radar GCI sudah dikuasai, yaitu: sistem komando dan kendali, sistem komunikasi, dan sistem tenaga.
Program Radar GCI saat ini dalam proses untuk melengkapi penguasaan teknologi kunci sistem radar seperti phased array antenna system dan signal processor. Upaya akuisisi teknologi kedepannya tidak hanya melalui konsorsium litbangyasa yang tengah berlangsung, tetapi juga melalui ofset pengadaan Radar GCI dari Thales, Perancis. Ditargetkan upaya ini meningkatkan TRL Radar GCI dari yang masih pada tingkat 5 pada tahun 2022 menjadi tingkat 9 pada periode 2030-2034. Kesiapan manufaktur juga ditargetkan meningkat dari tingkat 5 pada tahun 2022 menjadi tingkat 9 pada periode 2023-2029.
Rencana penguasaan teknologi ini akan dibarengi rencana pengembangan sumber daya manusia dan penyediaan sarana dan prasarana. Dalam rangka membangun jejaring rantai pasok dan sinergi riset dalam negeri, PT Len Industri juga memperluas mitra industri pertahanan di dalam negeri. Diharapkan, melalui kolaborasi ini, program Radar GCI saat ini sudah menyentuh persentase TKDN 60%. Direncanakan persentase tersebut meningkat menjadi 65% pada periode 2023-2029, 70% pada periode 2030-2034, dan 80% pada periode 2035-2044.