Kecepatan supersonik saja ternyata tidak cukup bagi sebuah misil di era modern saat ini. Perlombaan kecepatan senjata sudah sampai pada tataran hipersonik. Suatu misil dikategorikan hipersonik jika memiliki kecepatan March 5 atau 5 kali kecepatan suara. Sebagai perbandingan bahwa kecepatan suara adalah 1234,8 km/jam. Sehingga kecepatan hipersonik minimum adalah 6.174 km/jam.
Karena kecepatannya yang sangat tinggi maka teknologi hipersonik cocok diterapkan untuk senjata anti misil yang akan menembak misil musuh sebelum mencapai sasaran. Selain itu misil hipersonik juga ditakuti jika dipakai sebagai senjata jarak jauh yang mampu melintas antar benua. Apalagi jika dibekali muatan nuklir. Karena kecepatannya yang tinggi maka senjata akan sulit dicegat dan dilumpuhkan sebelum mendarat.
Oleh karenanya negara-negara maju seperti Rusia, Amerika Serikat, China, dan Israel berlomba-lomba mengembangkan senjata dengan kecepatan Hipersonik ini.
Gambar Avangard (Sumber TASS)
Negara yang cukup sukses mengembangkan senjata hipersonik baik dalam wujud misil, glider serta drone adalah Rusia. Senjata hipersonik lintas benua buatan Rusia yang terkenal adalah Avangard yang mampu dimuatin senjata nuklir maupun konvensional. Kecepatan Avangard dapat menembus 11.200 km/jam, bayangkan jarak Jakarta ke Denpasar bisa ditempuh dalam waktu sekitar 6 menit saja!
Belum lagi misil hipersonik Tsirkon/ Zircon milik Rusia yang mampu diluncurkan dari kapal selam dan kapal permukaan akan menambah kekuatiran negara yang dituju karena jarak peluncuran yang semakin dekat dengan sasaran.
Tidak mau ketinggalan, negara China juga sangat maju dalam pengembangan senjata hipersonik jarak jauhnya yang dinamakan DF-ZF. Senjata yang berwujud glider dan dapat bermuatan senjata nuklir dan konvesional ini diperkirakan memiliki kecepatan Mach 5 hingga Mach 10.
Berbeda dengan negara-negara adi kuasa, Israel sebagai negara yang relatif kecil yang merasa dirinya terancam oleh keberadaan misil dari negara di sekitarnya, maka arah pengembangan senjata hipersoniknya lebih sebagai senjata pertahanan untuk melumpuhkan rudal/ misil yang ditembakkan ke negaranya. Salah satu kemajuan senjata anti misil hasil kerjasama dengan Amerika Serikat sejak tahun 2008 adalah Arrow-3 dan kemudian diteruskan menjadi Arrow-4 pada tahun 2017.
Gambar konsep Arrow-4 (sumber Courtesy of Israel Aerospace Industries)
Sedangkan Amerika Serikat sendiri melalui DARPA (Defense Advanced Research Projects Agency) juga telah berhasil menguji coba beberapa misil dengan kecepatan hipersonik untuk tujuan militer di negaranya. Terlebih senjata hipersonik dapat menjadi ancaman serius juga bagi armada kapal induknya yang mana sebelumnya sangat diyakini sulit ditenggelamkan.
Sebagai kesimpulan, keberhasilan pengembangan teknologi senjata hipersonik di satu sisi dapat menjadi senjata penyerang dan bertahan yang tangguh. Di sisi lain senjata hipersonik bermuatan nuklir juga dapat menjadi sarana pencegah perang yang efektif antar negara adi daya karena kecepatan yang terlalu tinggi membuatnya sulit dideteksi dan dilumpuhkan sehingga masing-masing akan ngeri dengan dampaknya.
Mengingat senjata hipersonik masih akan terus berkembang baik dalam kebutuhan pasar internasional dan teknologi (kecepatan, penggunaan, dan presisinya) maka industri pertahanan di Indonesia sudah saatnya memikirkan riset yang mendukung hal ini khususnya untuk pertahanan anti misil.
Penulis: SGT