Bagian 1

 

Dunia dirgantara Indonesia harus bangga. Mahakarya dari almarhum presiden ke tiga kita, Habibie kini digunakan oleh negara lain. Salah satu negara yang memakai CN 235 adalah Malaysia.

 

Setelah Februari 2020 diberitakan banyak media Malaysia tentang rencana Malaysia untuk mengkonversi enam armada CN 235 220 menjadi pesawat intai maritim. Pada bulan September 2020, unit perdana CN-235 220 AU Malaysia telah tiba di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, guna memulai proses konversi yang telah tertunda akibat pandemi Covid-19.

 

Pesawat CN 235 dengan nomer M44-05 telah tiba mendarat di Bandung pada 2 September lalu. Proses konversi nantinya akan dilakukan di hanggar PT Dirgantara Indonesia, dimana PT DI dalam proses konversi bertindak sebagai Original Equipment Manufactur (OEM). Awalnya jadwal konversi akan dimulai pada bulan April/Mei 2020, tapi terpaksa ditunda akibat pembatasan perjalanan ke Indonesia.

 

Walaupun konversi CN-235 220 Malaysia dikerjakan dengan fasilitas PT DI, namun pelaksana konversi akan melibatkan dua perusahaan asing, yaitu Science and Engineering Services International dan Integrated Surveillance and Defence Inc. Keterlibatan perusahaan asing ini sebenaranya wajar karena kedua perusahaan tersebut sebenarnya yang bertanggung jawab untuk instalasi dan integrasi beragam perangkat elektronik untuk misi MPA.

 

Untuk teknologi yang akan dipasangkan menggunakan Merlin maritime surveillance system yang dikembangkan oleh Integrated Surveillance and Defense, perusahaan berbasis di Oregon. Merlin mission equipment terdiri dari maritime surveillance radar, electro-optical sensor turret dan electronic support measures system.

 

 

[Masih berlanjut...]
Translate »