Drone? Seberapa pesat perkembangannya di Indonesia? Pertanyaan ini seringkali muncul di benak kita. Bila kita membandingkan dengan teknologi drone di USA, mungkin kita akan cukup tercengang. Pasca tembakan drone MQ-9 Reaper yang menghancurkan konvoi mobil Soleimani, kita jadi tahu seberapa besar kekuatan drone yang dimiliki USA. Teknologi MQ-9 Reaper bisa terbang sampai dengan 370 kilometer per jam. Tidak hanya itu, MQ-9 Reaper juga dipersenjatai misil Hellfire yang dipandu laser. 

PUNA atau pesawat udara nirawak bertipe medium altitude long endurance (MALE) ini memiliki daya tahan lama dengan ketinggian 10.000-30.000 ribu kaki. PUNA MALE Elang Hitam mampu terbang tanpa henti ingga tiga puluh jam. Kecepatan PUNA MALE Elang Hitam pun mencapai 235 km/jam. Meski bobot dari PUNA MALE Elang Hitam mencapai 1.300 kilogram dengan panjang mencapai 8,65 meter dengan bentang sayap 16 meter serta tinggi mencapai 2,6 meter, drone ini ke depannya dirancang mampu membawa bobot hingga 300 kilogram. 

Dengan spesifikasi dan kemampuan yang mumpuni seperti itu, keberadaan PUNA MALE Elang Hitam tentu diharapkan bisa mampu menjaga kedaulatan NKRI baik di darat, laut maupun udara dengan pantauan dari angkasa.

Ke depannya, drone ini ditargetkan memiliki kemampuan drone CH-4 dari pabrikan Tiongkok yang belum lama ini dibeli oleh TNI Angkatan Udara. PUNA MALE Elang Hitam sendiri ditargetkan akan mengudara pada tahun 2024 dengan penyempurnaan ke depannya dapat mengangkut roket. Rencananya PUNA MALE diintegrasikan dengan roket FFAR (Folding Fin Aerial Rocket) kaliber 70 milimeter produksi PT. Dirgantara indonesia. 

 

Translate »