Bila kita melihat dengan seksama, banyak sekali novel dan film Science Fiction yang menceritakan tentang penggunaan senjata biologis pada peperangan. Dalam novel The Eyes of Darkness karangan Dean Kontz sudah meramalkan wabah ini dengan nama Wuhan-400. Meski dalam cerita, efek dari virus dan sumber dari virus diceritakan berbeda, pemikiran akan perkembangan senjata biologis perlu diperhatikan secara serius ke depannya.
Tidak hanya Dean Kontz, Sylvia Brown bahkan menuliskan kejadian tentang penyakit seperti pneumonia yang akan terjadi di tahun 2020. Novel yang diterbitkan tahun 2008 dengan judul End of Days ini seperti cenayang di masa lalu yang memprediksi hal-hal yang terjadi pada saat ini.
Sumber Foto : https://pixabay.com/illustrations/covid-corona-coronavirus-virus-4948866/
Menilik lebih jauh kita tidak pernah tahu seberapa banyak intutusi pemerintahan di luar negara kita yang menggunakan kemampuan dan kecerdasannya untuk mengembangkan senjata biologis yang mematikan dengan tujuan yang beragam, bisa untuk menyerang negara lain atau pun untuk bertahan dari serangan musuh di kemudian hari. Pertanyaannya ke depan bagaimana dengan Indonesia bila ke depannya bila ada pihak- pihak tertentu yang ingin menyerang negara kita dengan senjata biologis? Apakah kita siap menghadapinya? Seberapa cepat kita bisa menyediakan penangkal virus?
Sebagai gambaran saja, bila kita memakai metode aksi reaksi, di mana ketika sebuah virus menyebar maka kita akan dengan sigap menangani dan mencari antivirus maka tidak akan cukup cepat negara kita bisa menyelesaikan masalah ini. Untuk kasus virus Covid-19 atau lebih dikenal dengan Corona yang sekarang terjadi saja, menurut WHO, butuh waktu satu tahun untuk bisa menemukan vaksin anti virusnya. Dari Corona ini sebenarnya kita mendapat pelajaran berharga tentang pertahanan dan ketahanan sebuah negara. Dahulu, kita mungkin hanya memikirkan pertahanan negara hanya berkutat pada kekuatan militer dari masing-masing negara. Sekarang kita lihat, ternyata tanpa penyerangan militer sebuah negara bisa jadi porak poranda hanya dengan virus. Banyak aspek yang lumpuh dari kejadian corona ini. Dari aspek ekonomi kita bisa melihat berapa banyak pengusaha mikro dan UKM harus mengencangkan ikat pinggang pasca kejadian seperti ini. Pun dengan industri perbankan yang secara tidak langsung berimbas banyak karena para pengusaha UKM yang mengambil kredit kini juga mengalami kesulitan untuk mengembalikan hutang-hutang mereka.
Tidak hanya perusahaan skala mikro dan UKM saja yang bermasalah. Banyak sekali perusahaan besar yang harus merumahkan pegawai mereka dan menggaji mereka setengah dari gaji mereka sebelumnya. Bahkan tidak sedikit yang memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrak kepada pegawai-pegawainya dan tidak melanjutkan usaha sampai semua keadaan ini pulih.
Itu baru dari sisi ekonomi, di sisi tenaga medis dan kesehatan, kita harus lihat ini menjadi ancaman sangat serius. Tidak bisa kita pungkiri pasca kejadian ini, banyak perawat dan dokter harus meregang nyawa akibat kewalahan menghadapi pandemi virus ini. Dari sisi sosial sendiri kita bisa melihat terjadi kesulitan yang cukup besar dalam mengedukasi masyarakat untuk tetap berada di rumah dan meminimalisir kegiatannya di luar rumah. Hal ini membuat penyebaran virus ini tidak terkontrol. Tidak heran negara kita jadi salah satu negara tercepat penyebaran Corona di Asia Tenggara.
Lantas bagaimana dengan pertahanan negara kita ke depannya. Tentunya kita harus sudah memikirkan masalah ini lima hingga dua puluh tahun mendatang. Bila di masa mendatang kita mendapatkan kasus yang lebih parah. Sistem pertahanan apa yang akan kita jalankan.