Tulisan Artikel Juara Kedua Lomba Blog Nasional KKIP dengan tema ” Imajinasi anda mengenai Industri pertahanan Nasional 10 tahun yang akan datang.
” oleh Muhammad Iqbal
*Bagian 3
Pada proses pengembangan Drone, ada sejumlah teknologi yang diadaptasinya. Misalnya saja teknologi Flight Control System, kemampuan Auto Take-off, serta Auto Landing. Mission System, multi rotor Weapon-Platform Integration, dan Radar SAR. Kemampuan lainnya yang dibutuhkan dari Drone MALE adalah dalam menjalankan Inertial Navigation System (INS), Electro-Optics Targeting System (EOTS), dan tentu saja pada Guidance System.
Kemampuan yang dimiliki dari Drone Black Eagle tersebut mampu beroperasi selama 30 jam dengan ketinggian hingga 23 ribu kaki. Jangkauan dan jelajahnya hingga 5000 km, punya suara yang senyap dan cocok sebagai fungsi keamanan di ruang udara RI. Kemampuannya tak kalah bersaing dengan Drone pemantau terkemuka milik negara lain.
Lalu sedang giatnya dilakukan proses pengembangan artileri jarak menengah yaitu melalui program pengembangan Rudal Petir V-101. Artileri ini dipersiapkan untuk proses peluncuran baik di darat atau pun di dalam laut (menggunakan kapal selam). Tujuannya adalah untuk menyerang objek sasaran baik yang ada di daratan atau pun di pesisir musuh.
Petir V-101 punya panjang 185 cm, rentang sayap 155 cm, berat 20 kg serta mampu mengangkut hulu ledak hingga 10 kg. Kemampuan yang dimiliki ialah berkecepatan 350 km/jam dengan jangkauan 80 km tanpa terdeteksi oleh radar musuh meskipun terbang rendah dari permukaan.
Terakhir tentu saja Sentry Gun yang sedang dikembangkan, menggunakan kendaraan darat tanpa awak yang menyerupai Tank dan bekerja secara robotik. Penerapan Sentry Gun adalah Unmanned Ground Combat Vehicle (UGCV) khusus pada misi pengintaian, pengawasan, dan pengarahan pada pasukan. Serta ia punya kemampuan batas mana prajurit aman dari tembakan musuh. Berikut spesifikasinya:
Membangun industri pertahanan dengan bekerja sama
Ada sejumlah kelemahan yang dimiliki oleh militer Indonesia yang harus dibenahi. Luasnya wilayah nusantara menyulitkan proses penjagaan kedaulatan ditambah banyak alutsista yang mulai termakan usia dan ketinggalan zaman.
Pengadaan alutsista juga menyesuaikan corak peperangan di masa depan yang sulit diprediksi dan menjadikan RI sebagai negara kuat yang disegani di Asia Pasifik. Melalui Menteri pertahanan saat ini, Prabowo Subianto, pengadaan alutsista orientasinya ialah strategic partnership, khususnya dalam kemandirian dan daya saing menghasilkan alutsista buatan karya anak negeri.
Paling penting dan sifatnya urgen adalah proses pengembangan radar militer. Selama ini kita sering kecolongan khususnya di ruang udara dan laut. Mulai dari aksi penyelundupan, pencurian ikan hingga sengketa wilayah. Adanya batas wilayah yang jelas serta radar yang mumpuni akan sangat membantu kinerja TNI sebagai garda terdepan RI.
Untuk saat ini saja baru ada 19 unit radar yang beroperasi di Indonesia, jauh dibandingkan dengan 1.000 unit yang telah dilakukan riset oleh Kemenristek Dikti. Ada banyak yang tak terpantau sehingga pelanggaran di perbatasan sering terjadi. Tak jarang sering merugikan negara kita karena aksi kriminal sejumlah kapal nelayan masuk ke wilayah kita, mulai dari mencuri ikan hingga beragam aksi penyelundupan.
Salah satu caranya adalah pengembangan radar militer, pemerintah melalui PT Len Industri (Persero Bersama dengan Leonardo S.p.A asal Italia melakukan kerja sama kontrak dalam pengembangan dan pengadaan radar pertahanan level medium RAT 31 DL/M. Khususnya untuk memperkuat sistem pertahanan ruang udara di wilayah NKRI.
Pada PT Len akan mengadakan suplai khususnya komponen lokal dalam pemenuhan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), menyiapkan infrastrukturnya dan tentu saja melakukan pelatihan bertahap. Nantinya akan ada kerja sama produksi radar serta proses pemeliharaan akan diambil penuh oleh PT Len.
[ Masih Berlanjut... ]