Tulisan Artikel Juara PertamaLomba Blog Nasional KKIP dengan tema ” Imajinasi anda mengenai Industri pertahanan Nasional 10 tahun yang akan datang.

” oleh Muhammad Fadel Dwi Nugraha

 

*Bagian 3


 

  1. Wahana Laut

Selanjutnya, sesi wahana laut dikuasai oleh PT PAL dan mendapatkan anggaran sebesar Rp 4,16 triliun. Pelbagai hal telah dicapai oleh PT PAL, termasuk salah satunya mengekspor kapal perang ke Filipina di tahun 2017. Perusahaan yang bergerak di industri galangan kapal tersebut memproduksi kapal perang (Naval Shipbuilding) untuk berbagai klien mereka, diantaranya Kemhan, Departemen Kepolisian, dan bahkan pesanan luar negeri.

 

Anggaran Rp 4,16 triliun untuk wahana laut harus dimaksimalkan oleh PT PAL dengan memproduksi berbagai teknologi perang mutakhir diatas air. Dengan anggaran sebesar itu, apa yang bisa diproduksi oleh PT PAL? Pengintegrasian teknologi robotika dengan otonom yang tinggi di kapal selam dapat menciptakan inovasi kapal selam tanpa awak. Negara seperti China dan Rusia telah lebih dahulu memproduksi kapal selam tanpa awak tersebut. Bukan sebatas itu saja, kapal selam tanpa awak dapat dimodifikasi dengan senjata laser atau sinar panas yang dapat menembus dalam air, konsep yang sama seperti satelit laser china yang dapat menembus air laut hingga kedalaman 500 meter.

Laser yang dapat diintegrasikan ke kapal selam tanpa awak tersebut adalah laser berkekuatan minimal 1000 kW dan mempunyai warna spektrum setara dengan sinar UV (Ultraviolet). Teknologi ini dapat dimodifikasi lebih canggih lagi dengan penambahan blockchain (rantai blok) untuk sistem pengamanan internal dalam kapal selam tanpa awak tersebut (menghindari terjadi peretasan). Proses produksi kapal selam tanpa awak tersebut dapat lebih cepat dengan bantuan Printer 3D untuk pencetakan model kapal selam tanpa awak tersebut. Tentu, Rp 4,16 triliun dapat membawa perubahan industri pertahanan di wahana laut ini dalam 10 tahun mendatang, bukan ?

 

  1. Wahana Udara

PT Dirgantara Indonesia (DI) mengambil alih wahana udara dengan total anggaran sebesar Rp 2,11 triliun. Kilas balik dari prestasi PT DI adalah memasarkan satu helikopter H135 pertama dan seratus unit yang dipesan untuk pasar China di tahun 2018. PT DI juga telah menjual produk NH90 sebanyak 28 unit ke Qatar dan 23 unit ke Spanyol. Selain itu, PT DI telah mengekspor pesawat ke sepuluh negara, yakni Thailand, Brunei, Filipina, Korea Selatan, Vietnam, Malaysia, Uni Emirat Arab, Senegal, Burkina Faso, dan Venezuela.

 

 

Dengan segala prestasi yang telah diraih oleh PT DI, apa yang akan dicapai oleh PT DI dengan sokongan anggaran sebesar Rp 2,11 triliun selama proses menuju tahun 2030? PT DI dapat melakukan riset dan pengembangan untuk produk drone (pesawat nirawak). PT DI bersama BPPT, Kemenhan, TNI AU, PT Len, dan ITB telah melakukan konsorsium dan menghasilkan prototipe drone bertipe Medium Altitude Long Endurance (MALE) bernama Elang Hitam.

Artinya, ada harapan dalam 10 tahun mendatang bahwa PT DI akan mengembangkan drone lebih mutakhir lagi. Penerapan blockchain akan sangat berguna dalam pertempuran drone, yang akan memudahkan proses sinkronisasi antardrone dan menghindari peretasan dari pihak tertentu. Selain itu, drone Elang Hitam perlu dimodifikasi untuk bisa terbang dalam tipe High Altitude Long Endurance (HALE) dan mendapatkan durasi yang lebih lama di udara dari 24 jam menjadi 60 jam (setara CH-5 / Rainbow). Selain itu, menjadi tantangan bagi PT DI untuk memodifikasi Elang Hitam agar kedap suara ketika terbang di udara, seperti MQ-9 Reaper. Tentu, PT DI akan memanfaatkan sokongan dana Rp 2,11 triliun untuk mengembangkan pesawat tempur berjenis drone tersebut lebih baik dalam 10 tahun mendatang. Kemandirian dalam produksi dan inisiatif dalam riset dan inovasi mutlak diperlukan oleh PT DI dalam menuju tahun 2030.

 

 

 

[ Masih Berlanjut... ]
Translate »